Senin kemarin, grup FB khusus alumni SMK tiba-tiba heboh karena ada sebuah akun memposting kalimat yang seronok di dinding grup. Waktu itu aku ga terlalu merhatiin karena kupikir admin grupnya juga nantinya bakal menghapus post itu. Ga taunya sampai hari Selasa, post berbahasa buruk itu masih nongol di group dan komentarnya sudah sampai angka 30 lebih. Isi komentarnya pun ga ada yang bisa ngasih solusi, malah sama-sama kasar dan seronok seperti post yang dikomentari. Lha, jadinya kesel kan ya? So aku pun ikut ngomentari. Kutegur member-member supaya post itu sebaiknya dihapus aja dan ga usah dikomentari. Malu kan, kalau sebagai binaan sekolah di bawah yayasan Islam malah berbahasa kasar ga terkontrol. Komentarku cuma dapat jempol, tapi ga ada yang mengindahkan. Malahan komentar lain yang masih dengan bahasa kasar terus berbaris di bawah komentar yang aku buat. Walah… Ya sutralah, los ga mau ngurus lagi. Heboh-heboh lah tuh grup alumni.
Rabu paginya, log in ke Facebook sudah bertengger notifikasi dari grup alumni. Satu persatu kuperiksa tapi akhirnya nyesel sendiri. Kirain udah di urus heboh-hebohnya sama admin grup dan para member bisa sadar masing-masing supaya hal itu ga dibahas terus. Eeee… Makin parah yang ada. Beberapa member mulai posting ke dinding grup membicakan si akun penyebab keributan, komentar semakin ramai, dan si akun biang keladinya sendiri juga ga kalah aksi dengan posting lagi di wall grup alumni. Ya kontan komentarnya sama bejibunnya, diladeni terus tanpa ada yang berinisiatif mengontak admin supaya si akun di blok dari grup. Siangnya baru ada peringatan di posting dari salah satu member (non-admin) agar membiarkan postingan si post tukang bikin rusuh, jangan di like maupun di komen. Tapi aku terlanjur kecewa melihat para member menghadapi kejadian itu. 3 hari keributan di grup, baru ada yang ngasih peringatan. Sedangkan sejak awal aku mencoba menegur ga ada yang dengar, dibiarkan aja seolah jadi hiburan. Admin ga muncul dan ga ada yang berinisiatif mengontak, dan akhirnya sudah kepalang banyak yang was wes wos di kalangan alumni memberitakan kejadian di grup. Inilah percakapan antara aku dan salah satu member yang memposting peringatan;
A : Lucunya, sudah dua hari post si TPS itu di wall grup tapi ga ada yang menghapus atau akunnya di blog. Bukannya sama aja dosa ya mencaci maki orang dengan bahasa yang kasar. Berarti kita sama aja dengan dia.
M : Iya tadinya saya berniat begitu tapi berhubung sudah kelewat kesal jadi ya mau gimana, harap maklum saja.
A : Ya kan lebih baik admin menghapus post-post itu dan TPS di blok dari grup. Akhirnya ribut-ribut juga jadinya. Kalau kita binaan ****** harusnya ga begitu caranya.
M : Masalahnya admin jarang kelihatan jadi anak buahnya yang turun tangan.
A : Ya siapa aja lah yang bisa. Kan lebih baik dihapus aja.
M : jujur aku ga tau dan ga bisa.
A : Lha terus kalau admin grup aja jarang nongol lalu gimana kalau ada masalah begini. Sama aja bohong ada grup alumni. -_- Memangnya ga bisa di kontak adminnya? Siapa gitu yang tahu.
Setelah itu selang beberapa komentar dari member lain, admin baru muncul menyampaikan permintaan maaf dan berjanji akan menghapus post-post yang tidak baik dan mengeluarkan anggota yang mengganggu di grup. Hari ke 3 di jam sore baru admin muncul, dan itupun mungkin dihubungi karena aku ribut menanyakan admin. Tapi yah… Yang terjadi biarlah terjadi. Lebih baik mas admin terlambat datang daripada ga sama sekali, ya kan?
Intinya, sungguh mengecewakan melihat alumni binaan sekolah yang baik dilandasi agama justru ga bisa menghadapi situasi seperti ini dan lebih gampang terpancing untuk ikut nambah dosa mencaci orang lain. Hal yang sepele bisa berlarut jadi panjang karena ga ada rasa tanggung jawab untuk bersama menjaga ketertiban dan lebih senang ikutan berheboh ria, padahal bukannya kapok malahan si biang keladi jadi senang sudah sukses membuat keributan. Yah… Entah ya. Mungkin khasnya orang kita begitu kali. Senang berbicara tapi tangan terlipat. Sedihnya, fakta ini terjadi di grup alumni sekolah. Seandainya terjadi di grup umum, ga akan kecewa amat deh aku. Apakah karena gampang di buat makanya grup FB itu juga gampang aja dibiarkan ga terurus? Berarti benar dong yang kubilang, sama aja bohong membentuk grup. Ckckck…