Ada sebuah kejadian lucu waktu salah satu dosen minta kami semua teaching test, medianya dua pena hitam dan biru. Mata kuliah di semestar 4 memang hampir semuanya tentang teaching, jadi materialnya kebanyakan diisi teaching test dan presentasi. Ya gitulah.. Si dosen ini memang sering membicarakan teaching test pake media-media sederhana dan ujian praktikal yang ia berikan memang selalu begitu dari dulu (menurut kakak tingkat sih gitu..). Di hari Senin yang lalu, kami ditantang nih sama beliau. Bisa ga ngajar anak SD dengan media dua pena hitam dan biru tersebut. Jawaban mulai riuh rendah, gimana caranya tuh ngajarin anak SD dengan media pena?
Mulai dari giliran pertama hingga sampai ke aku, semua maju melakukan simulasi mengajarkan anak SD kelas 2 menggunakan dua buah pena tersebut. Di ibaratkan kami para mahasiswa adalah siswa kelas 2 SD dan yang mendapat giliran adalah guru mereka. Cara mereka mengajar hampir sepakat semua baik isi dan pembahasan; pena itu apa, kegunaannya dan fungsinya apa, bagaimana cara menggunakannya, sampai ke detil-detil seperti bentuk, warna dan merk. Kok jadi kayak promosi ya, ketimbang mengajar. Lama-lama jadi gregetan sendiri sambil mikir-mikir seharusnya gimana ya cara ngajar yang tepat. Sementara pak Dosen yang observasi senyum-senyum sendiri, bawaannya juga jadi nervous. Ada yang komentar, misalnya “Duh.. Apaan sih, masa ngajarin tentang pena.” atau “Eyalaahh kok jadi promosi toh ini ya?” Tapi meskipun ngopeni begitu, pas dapat gilirannya ya sama wae yang dibicarakan.
“Anak-anak, yang ibu/bapak pegang ini apa? Ini namanya pena. Pena ini gunanya untuk menulis. Pena terdiri dari beberapa bagian, yaitu point, tinta dan case atau tempat pena. Kalau biasanya kalian menulis menggunakan pensil yang bisa dihapus, pena hanya bisa dihapus dengan tip-x. Tapi jangan sering-sering ya, karena nanti jadi kotor. Pena itu warnanya macam-macam, tapi yang ibu pegang ini warnanya biru dan hitam. Merknya pun bermacam-macam, kalau yang ini merknya STANDARD.”
Logikanya, siapapun yang mendengar penjelasan seperti ini pasti bakal ngakak membahana. Apalagi anak SD, apa iya mudeng? Aku pun melengos, ogah deh diriku ngajarin siswa begitu. Emangnya daku guru apakah?? Dan disaat itu otak akhirnya berfungsi setelah lama ga dipake (kamsudnya??). CLING! Ilham muncul dengan indahnya : WHUAYY KAKAAKK!! Kita kan kuliah bahasa Inggris. Yaa ajarin aja bahasa Inggris pake tuh pena. Ngapain susah-susah. Tjiahahaha kok lola banget ya diriku baru kepikiran hal kayak gitu? Kan pak dosen mintanya ‘mengajar menggunakan pena’, bukan ‘mengajar tentang pena’. Maka inilah yang aku lakukan waktu giliranku tiba :
“Anak-anak, hari ini kita akan mempelajari kosakata baru. Di sini ibu punya dua buah pena. Nah, ibu mau tanya nih.. What’s PENA in English? Kata bahasa Inggris untuk pena adalah PEN. Ulangi kata PEN (background paduan suara ‘PEEENNN’). Good! Now, anak-anak tau isi pena itu apa? Ini namanya tinta. Tahu bahasa Inggrisnya TINTA? Tinta in English is INK. Coba ulangi kata INK (background paduan suara “IIINNGGKK”). Welldone! Nah sekarang dua pena ini warnanya apa anak-anak?” yak! Tepat sekali, Biru dan hitam. What are BIRU and HITAM in English? Jawabannya adalah BLUE and BLACK. Sekarang ikuti ibu ya, BLUE! (‘BLUUUU’) BLACK! (‘BLAAAEEK!!). Nah sekarang sebutkan semuanya : PEN, INK, BLUE, BLACK. Pinteeerr.. Tepuk tangan semuaaa…. (applause dan gelak tawa).”
Kontan simulasiku jadi bahan tertawaan satu kelas. Ada yang katanya sampai sakit perut, tapi aku tetep kembali ke tempat duduk dengan senyum puas kok. Yang penting menurutku itu merupakan metode yang seharusnya memang digunakan untuk mengajar anak SD dengan media pena. And after all had done their test, Dosen review test kami. Ternyata simulasiku yang nyambung maksud pak dosen meskipun katanya masih kurang. Gapapa deh pak, yang penting metode saya tepat. Muhahaha.. *ketawasetan.
Yah… Menyimpulkan dari kejadian ini sih, kita seharusnya ga boleh meremehkan sesuatu yang sederhana. Soal sepele macam pena saja sudah bikin mahasiswa bingung gimana ngajarinnya, apa jadinya kalo menggunakan metode yang lebih aneh lagi? Hal kayak gini mungkin kesannya kelihatan gampang, padahal pas dipraktikkan ga taunya pada ngaco semua. Wkwk… Alhamdulillah nalarku nyambung waktu itu. Kayaknya cocok juga nih jadi guru SD. Hohoho.. *mesem*.
Bagis banget interpretasinya mba Annie. Bisa menjawab tantangan dari dosen dengan baik kalo menurut saya. 🙂
Sebenarnya aku sempat blankout tentang instruksi dosen. Maksudnya sedikit ga nyambung karena yang ada ada di pikiran kami bahwa dua buah pena di tangan bukan media yang tepat untuk mengajar. Tapi ternyata dari tantangan ini malah bikin kami sadar, mengajar itu ga segampang yang dipikir karena guru juga di tuntut harus kreatif dengan segala ide. Ini pengalaman simulasi mengajar yang cukup berkesan karena meaningnya nyampe. 🙂