Jurnal Tentang Perubahan : Isi Tas

Keseharian dan Kebiasaan Yang Mempengaruhi Isi Tas..


Sebenarnya, sadar dengan isi tas yang menumpuk itu adalah hal yang biasa terjadi. Pas jaman sekolah dulu, tentu yang dibawa ya seputar buku dan alat tulis. Begitu masuk kuliah, bertambah jadi sedikit-sedikit harus bawa charger handphone dan earphone, atau laptop, atau USB drive berbagai ukuran besar daya penyimpanan. Lebih heboh lagi waktu masih bekerja di mall, segala perintilan makeup jadi satu dalam pouch lalu masuk ke dalam tas berikut dengan tissue pack, minyak kayu putih atau freshcare, parfum, kacamata, vitamin rambut, case lensa kontak, dompet dan tidak lupa handphone. Saking lengkapnya seisi tas selama kerja disana dulu, begitu kena musibah kejambretan ya hilang segala barang-barang penting. Tapi ya begitulah…. Live must go on kan?

Ketika Musibah Dan Pengalaman Membuat Kita Mulai berpikir..

Setelahnya, kejadian yang untungnya sampai saat ini cuma sekali terjadi (dan amit-amit jangan sampai kejadian lagi) bikin aku mikir lagi tentang apa yang sebenarnya harus dibawa ke dalam tas saat bepergian. Awalnya sih karena masih kebawa rasa paranoid, kemana-mana hampir nggak pernah bawa dompet atau pouch makeup. Uang juga cuma seperlunya aja, dan kadang smartphone ditinggal di kosan. Tapi yah, namanya juga cewek. Mana betah kalau isi tasnya nggak lengkap. Akhirnya kembali lagi deh miss bedak plus lipstik, miss kacamata ala kekinian, dan dompet yang gemuk diisi uang cash. Mikir sih mikir, penting banget harus dibawa? Tapi dasarnya sudah kebiasaan, tuman, kalau kata orang, akhirnya nyemplung dah isi barang-barang yang sama seperti  sebelumnya ke dalam tas. Yang katanya trauma jadi kembali lagi beraksi.

Kemudian, aku mencoba kerja di pasar lokal daerahku. Dapat kerjaan di toko grosir pakaian, yang punya kebetulan baik banget memperbolehkan aku tinggal di rumahnya. Selama 1,5 bulan bekerja disitu, ada 10 hal yang wajib aku bawa : Handphone, bedak, lipstik, pensil alis, sisir, kaca, lotion, parfum, dan mukena. Terakhir tinggal uang yang cuma sebagai pelengkap, karena makan minum sudah ditanggung bos. Di luar dari 10 barang itu, aku hampir nggak pernah bawa hal lain lagi. Anehnya justru nggak ada masalah, nggak merasa ada yang kurang. Dibanding dulu yang mungkin kerasa aneh kalau makeup nggak dibawa satu pouch lengkap, atau handphone tanpa earphone, vitamin rambut supaya rambut nggak berantakan kalau keluar rumah, dan bahkan tissue pack bisa beranak jadi dua atau tiga di dalam tas.

Awalnya aku nggak merasa hal ini penting dan cuma mencoba untuk go with the flow aja. Toh, kebiasaan kan ga bisa diubah dalam sekali atau dua kali tindakan. Kalau semisal aku dapet kerjaan di Retail lagi atau jenis kerjaan lain yang bakal harus bawa makeup lengkap, bisa jadi isi tasku bertumpuk seperti sebelumnya. Karena itu, belakangan ini aku berusaha banget untuk strict dengan kebiasaan baruku yang sekarang; menyederhanakan isi tas.

Kenapa Harus memilih dan Memilah Isi Tas Agar Sederhana?

Kalau ditanya kenapa, yaa jawabannya jelas. Karena seharusnya kita cuma bawa yang perlu aja kan? Kalau dipikir lagi, memang dari dulu juga sebenarnya makeup lengkap cuma diperlukan selama jam kerja. Selebihnya ya bebas, nggak perlu harus pakai makeup segitu full di luar jam kerja. Hanya aja, kebiasaan dan gaya hidup membuat segala sesuatu harus ada dan tersedia sehingga sulit memilah mana barang yang lebih penting untuk dibawa. Kenyataannya, isi tas jadi nggak pernah selaras dengan kebutuhan asli. Misalnya aja, sudah pakai softlens demi fashion masih juga bawa kacamata. Atau Lipstik yang rasanyarasanya nggak afdol kalau cuma punya 1 warna. Padahal, Isi tas sudah segitu seabreknya pun tetep harus pakai dompet yang modelnya besar biar macam orang berduit. Nah, jadi malu sendiri kalau ingat aku yang waktu itu.

Itulah kenapa aku rasa mengevaluasi dan menyederhanakan isi tas sendiri merupakan hal yang penting, supaya kita bisa menekan perilaku konsumtif dan bersikap lebih efisien. Sedikit – sedikit aja sih, pelan – pelan mulai mengeluarkan barang yang ga perlu dari dalam tas. Pilihan tas yang aku pake pun sekarang jauh lebih kecil dari yang selama ini biasa aku pake, biar lebih compact dan ga ribet. Jadi, sekarang ini list barang yang aku biasa bawa di dalam tas;

1. Bedak, lipstik, kaca.
Well, rasanya hampir mustahil kalau 3 benda ini nggak jadi benda wajib yang mesti di bawa. Tapi setidaknya aku bisa tahan untuk nggak bawa mascara, eyeliner dan pensil alis. Selain karena mascara dan eyeliner sudah jarang di pakai, pensil alis juga dirasa cukup kok dipakai sekali pas sebelum berangkat. Bedak dan lipstik juga aslinya dibawa buat jaga-jaga aja, siapa tahu makeup luntur kena keringat.

2. Tissue pack
Karena aku gampang keringetan dan kena flu. Ini benda wajib yang kayaknya susah lepas dari tas.

3. Kacamata
Walaupun nggak minus, mataku gampang berair kalau kena debu dan angin kencang. Jadi gunanya kacamata sih sebenarnya sebagai pengganti helm.

4. Card holder
Isinya E-KTP dan uang seperlunya. Fungsinya sebagai pengganti dompet aja sih, biar ga makan tempat dan mengurangi kebiasaan membawa uang lebih.

5. Lotion dan parfum
As always, supaya tetap wangi dan bersih aja. Terutama untuk kulit tangan. Kalau kaki, aku biasa pakai kaus kaki sekarang. Biar nggak belang kena sinar matahari kalau keluar rumah.

6. Handphone dan earphone (Di foto nggak ke-capture karena lupa)

List barang-barang di atas alhamdulillah bisa muat ke dalam satu tas kecil dan semuanya kepake sesuai kebutuhan. Kadang aku mencoba untuk nggak membawa kacamata dan earphone, biar ga merasa butuh banget. Intinya cukup menyesuaikan jumlah barang yang kita bawa dengan apa yang mungkin dibutuhkan selama keluar rumah, jadi bisa membiasakan diri untuk hidup lebih efisien dan minimalis. Aku belajar dari beberapa kali melihat video di youtube tentang minimalism life dimana dengan mensortir kepemilikan barang sesuai kebutuhan sebenarnya lebih menyenangkan dan melegakan ketimbang kebiasaan shopping atau mengoleksi barang untuk melepas stres. Lebih sedikit barang yang kita punya justru bikin hidup lebih tenang, karena kebanyakan orang membeli sesuatu lebih karena laper mata, kebiasaan, atau demi gengsi pribadi yang nggak diperlukan. Padahal setelah dibeli juga belum tentu dipakai terus, atau bahkan malah nggak dipakai sama sekali.

Meninggalkan Ketakutan Akan, “Aduh, Aku Nggak Bisa Kalau Nggak Bawa..”

Guys, memang terkadang hal sepele semacam isi tas sering luput dari pandangan. Orang kebanyakan berpikir, “Lah, kalo nggak ada, pasti susah.” Padahal dunia juga nggak bakal kiamat di tempat cuma gara-gara nggak bawa satu atau dua benda. Pernah kok sekali dua kali aku lupa bawa handphone, dan hidup ini baik-baik saja. Kalaupun ada yang menghubungi, paling tinggal dikasih tahu aja “Maaf, tadi lupa bawa hp,” And that’s it. Nggak pernah tuh sampai ada masalah berarti. Menurutku ini bisa jadi year’s goal yang bagus untuk mengubah perilaku diri sendiri yang terbiasa hidup “harus ada”, toh nggak ada salahnya untuk lebih praktis sama isi tas. Tertarik untuk nyoba?

Tinggalkan komentar