Writing is healing

Tahun 2019-2020 kayaknya itu kala terakhir kali aku nulis di blog yah, padahal blognya sendiri masih setia nongkrong di WordPress. Kemarin-kemarin sempet ada niatan mau di non-aktifkan aja sekalian daripada ga aktif segitu lama, tapi kok jadi sayang sendiri. Ibarat ngebesarin anak kecil, umur si blog mungkin bisa disamakan dengan umur anak SD kali ya. Apalagi sekarang emang kondisi lagi hamil 23 minggu alias 5 bulan. Kayak kasihan aja begitu, masa mau di ‘buang’ setelah bertahun-tahun jadi tempat curhat paling setia. Mungkin ini saatnya balik lagi ke hobi lama yang sering pasang surut terlupakan. Semoga dunia blog menyambut lagi dengan ramah (apasih ya wkwkwk).

Update kehidupan selama dua tahun belakangan ini yaa… Begitu adanya.

Dikenalkan sama seseorang dari tetangga,

dilamar,

menikah bulan Juli 2021 kemarin,

terus sebulan kemudian langsung hamil.

Melewati bulan-bulan itu juga, ada peristiwa-peristiwa suka duka yang sebenarnya ada sih keinginan pengin di tulis di blog. Tapi entah kenapa jadi sungkan mau cerita satu-satu. Semakin tua, perasaan makin takut mau beber kehidupan pribadi di internet. Walaupun tahu sih aku ini bukan siapa-siapa yang kehidupan pribadinya bakal dicari orang. Tapi tetep aja, was-was itu pasti ada. Habisnya jaman sekarang apasih yang ga bisa internet cari tahu? Modal cuma Facebook dan Instagram aja bisa ngungkap kriminal. Ga usah jauh-jauh, yang dekat-dekat disekitar kita aja lebih nyaman cari tahu lewat sosmed ketimbang berusaha memahami pribadinya langsung. Salah satu alasan kenapa aku jadi ga pernah lagi nulis di blog ya karena biar ga kegoda ngesosmed lagi. Itu dunia yang toxic, yang kalo terlalu di dalami malah jadi bumerang buat diri-sendiri dan emang dasarnya udah banyak pengalaman pribadi yang kejadian.

Beberapa hari yang lalu, salah satu peristiwa duka penutup tahun ini datang dari pihak keluarga bapak. Yayik (Bapaknya Ayah) yang sudah bertahun-tahun sakit karena menua akhirnya tutup usia. Aku, Mamak, bahkan Ali berangkat ke Penumangan Lama untuk melayat, mengantarkan Yayik ke liang lahat untuk terakhir kalinya. Bulan Juni lalu sebelum nikah, Mbah (Ibunya Mamak) lebih dulu berpulang, dikremasi dengan ritual ngaben adat Hindu Bali. Sekarang-sekarang inilah baru kerasa tahun ini berat, kehilangan keluarga sepuh… Dibuat sadar kalau kita tuh sudah tua. Nantinya bakal jadi orang yang menggantikan posisi mereka menjadi yang meninggalkan para generasi muda.

Ketemu sama sepupu Bapak (anak pamannya bapak yang kebetulan umurnya dekat) yang dulunya teman sepermainan jaman remaja dulu juga bahasannya ga jauh-jauh; ya ampun… Itu si A udah bujang, Mashaallah… Tante B udah gadis ternyata anaknya. Dan akhirnya masuk ke satu kesimpulan bersama ;

Batin, kita udah menua ya. Kita sendiri yang menolak untuk menua.

Tapi umur ga berbohong. Bentar lagi bakal jadi ibu yang harus ngajarin anaknya tentang dunia dan akhirat. Entah apa bisa. Urusan dunia aja masih morat-marit, masih pincang sana-sini kalau mau jalan. Mau ditangisin, dimarahin, disesalin, malah jadi merasa bodoh sendiri. Ngeluh pun udah ga sama nyamannya kayak dulu, kayak jaman kerja, siapa aja siap sedia kuping untuk mendengarkan dan mulut untuk julid. Mungkin benar, writing is healing. Daripada dipendam jadi penyakit, aku tumpahkan disini aja. Siapa tahu menyehatkan.

Doain ya, siapapun dari kamu yang baca post ini, biar kita sama-sama sehat walafiat. Semoga dengan nulis lagi di blog bisa jadi self-healing terbaik yang bisa aku usahakan buat diri aku sendiri. Aamin.

Jurnal Tentang Perubahan : Isi Tas

Keseharian dan Kebiasaan Yang Mempengaruhi Isi Tas..


Sebenarnya, sadar dengan isi tas yang menumpuk itu adalah hal yang biasa terjadi. Pas jaman sekolah dulu, tentu yang dibawa ya seputar buku dan alat tulis. Begitu masuk kuliah, bertambah jadi sedikit-sedikit harus bawa charger handphone dan earphone, atau laptop, atau USB drive berbagai ukuran besar daya penyimpanan. Lebih heboh lagi waktu masih bekerja di mall, segala perintilan makeup jadi satu dalam pouch lalu masuk ke dalam tas berikut dengan tissue pack, minyak kayu putih atau freshcare, parfum, kacamata, vitamin rambut, case lensa kontak, dompet dan tidak lupa handphone. Saking lengkapnya seisi tas selama kerja disana dulu, begitu kena musibah kejambretan ya hilang segala barang-barang penting. Tapi ya begitulah…. Live must go on kan?

Ketika Musibah Dan Pengalaman Membuat Kita Mulai berpikir..

Setelahnya, kejadian yang untungnya sampai saat ini cuma sekali terjadi (dan amit-amit jangan sampai kejadian lagi) bikin aku mikir lagi tentang apa yang sebenarnya harus dibawa ke dalam tas saat bepergian. Awalnya sih karena masih kebawa rasa paranoid, kemana-mana hampir nggak pernah bawa dompet atau pouch makeup. Uang juga cuma seperlunya aja, dan kadang smartphone ditinggal di kosan. Tapi yah, namanya juga cewek. Mana betah kalau isi tasnya nggak lengkap. Akhirnya kembali lagi deh miss bedak plus lipstik, miss kacamata ala kekinian, dan dompet yang gemuk diisi uang cash. Mikir sih mikir, penting banget harus dibawa? Tapi dasarnya sudah kebiasaan, tuman, kalau kata orang, akhirnya nyemplung dah isi barang-barang yang sama seperti  sebelumnya ke dalam tas. Yang katanya trauma jadi kembali lagi beraksi.

Kemudian, aku mencoba kerja di pasar lokal daerahku. Dapat kerjaan di toko grosir pakaian, yang punya kebetulan baik banget memperbolehkan aku tinggal di rumahnya. Selama 1,5 bulan bekerja disitu, ada 10 hal yang wajib aku bawa : Handphone, bedak, lipstik, pensil alis, sisir, kaca, lotion, parfum, dan mukena. Terakhir tinggal uang yang cuma sebagai pelengkap, karena makan minum sudah ditanggung bos. Di luar dari 10 barang itu, aku hampir nggak pernah bawa hal lain lagi. Anehnya justru nggak ada masalah, nggak merasa ada yang kurang. Dibanding dulu yang mungkin kerasa aneh kalau makeup nggak dibawa satu pouch lengkap, atau handphone tanpa earphone, vitamin rambut supaya rambut nggak berantakan kalau keluar rumah, dan bahkan tissue pack bisa beranak jadi dua atau tiga di dalam tas.

Awalnya aku nggak merasa hal ini penting dan cuma mencoba untuk go with the flow aja. Toh, kebiasaan kan ga bisa diubah dalam sekali atau dua kali tindakan. Kalau semisal aku dapet kerjaan di Retail lagi atau jenis kerjaan lain yang bakal harus bawa makeup lengkap, bisa jadi isi tasku bertumpuk seperti sebelumnya. Karena itu, belakangan ini aku berusaha banget untuk strict dengan kebiasaan baruku yang sekarang; menyederhanakan isi tas.

Kenapa Harus memilih dan Memilah Isi Tas Agar Sederhana?

Kalau ditanya kenapa, yaa jawabannya jelas. Karena seharusnya kita cuma bawa yang perlu aja kan? Kalau dipikir lagi, memang dari dulu juga sebenarnya makeup lengkap cuma diperlukan selama jam kerja. Selebihnya ya bebas, nggak perlu harus pakai makeup segitu full di luar jam kerja. Hanya aja, kebiasaan dan gaya hidup membuat segala sesuatu harus ada dan tersedia sehingga sulit memilah mana barang yang lebih penting untuk dibawa. Kenyataannya, isi tas jadi nggak pernah selaras dengan kebutuhan asli. Misalnya aja, sudah pakai softlens demi fashion masih juga bawa kacamata. Atau Lipstik yang rasanyarasanya nggak afdol kalau cuma punya 1 warna. Padahal, Isi tas sudah segitu seabreknya pun tetep harus pakai dompet yang modelnya besar biar macam orang berduit. Nah, jadi malu sendiri kalau ingat aku yang waktu itu.

Itulah kenapa aku rasa mengevaluasi dan menyederhanakan isi tas sendiri merupakan hal yang penting, supaya kita bisa menekan perilaku konsumtif dan bersikap lebih efisien. Sedikit – sedikit aja sih, pelan – pelan mulai mengeluarkan barang yang ga perlu dari dalam tas. Pilihan tas yang aku pake pun sekarang jauh lebih kecil dari yang selama ini biasa aku pake, biar lebih compact dan ga ribet. Jadi, sekarang ini list barang yang aku biasa bawa di dalam tas;

1. Bedak, lipstik, kaca.
Well, rasanya hampir mustahil kalau 3 benda ini nggak jadi benda wajib yang mesti di bawa. Tapi setidaknya aku bisa tahan untuk nggak bawa mascara, eyeliner dan pensil alis. Selain karena mascara dan eyeliner sudah jarang di pakai, pensil alis juga dirasa cukup kok dipakai sekali pas sebelum berangkat. Bedak dan lipstik juga aslinya dibawa buat jaga-jaga aja, siapa tahu makeup luntur kena keringat.

2. Tissue pack
Karena aku gampang keringetan dan kena flu. Ini benda wajib yang kayaknya susah lepas dari tas.

3. Kacamata
Walaupun nggak minus, mataku gampang berair kalau kena debu dan angin kencang. Jadi gunanya kacamata sih sebenarnya sebagai pengganti helm.

4. Card holder
Isinya E-KTP dan uang seperlunya. Fungsinya sebagai pengganti dompet aja sih, biar ga makan tempat dan mengurangi kebiasaan membawa uang lebih.

5. Lotion dan parfum
As always, supaya tetap wangi dan bersih aja. Terutama untuk kulit tangan. Kalau kaki, aku biasa pakai kaus kaki sekarang. Biar nggak belang kena sinar matahari kalau keluar rumah.

6. Handphone dan earphone (Di foto nggak ke-capture karena lupa)

List barang-barang di atas alhamdulillah bisa muat ke dalam satu tas kecil dan semuanya kepake sesuai kebutuhan. Kadang aku mencoba untuk nggak membawa kacamata dan earphone, biar ga merasa butuh banget. Intinya cukup menyesuaikan jumlah barang yang kita bawa dengan apa yang mungkin dibutuhkan selama keluar rumah, jadi bisa membiasakan diri untuk hidup lebih efisien dan minimalis. Aku belajar dari beberapa kali melihat video di youtube tentang minimalism life dimana dengan mensortir kepemilikan barang sesuai kebutuhan sebenarnya lebih menyenangkan dan melegakan ketimbang kebiasaan shopping atau mengoleksi barang untuk melepas stres. Lebih sedikit barang yang kita punya justru bikin hidup lebih tenang, karena kebanyakan orang membeli sesuatu lebih karena laper mata, kebiasaan, atau demi gengsi pribadi yang nggak diperlukan. Padahal setelah dibeli juga belum tentu dipakai terus, atau bahkan malah nggak dipakai sama sekali.

Meninggalkan Ketakutan Akan, “Aduh, Aku Nggak Bisa Kalau Nggak Bawa..”

Guys, memang terkadang hal sepele semacam isi tas sering luput dari pandangan. Orang kebanyakan berpikir, “Lah, kalo nggak ada, pasti susah.” Padahal dunia juga nggak bakal kiamat di tempat cuma gara-gara nggak bawa satu atau dua benda. Pernah kok sekali dua kali aku lupa bawa handphone, dan hidup ini baik-baik saja. Kalaupun ada yang menghubungi, paling tinggal dikasih tahu aja “Maaf, tadi lupa bawa hp,” And that’s it. Nggak pernah tuh sampai ada masalah berarti. Menurutku ini bisa jadi year’s goal yang bagus untuk mengubah perilaku diri sendiri yang terbiasa hidup “harus ada”, toh nggak ada salahnya untuk lebih praktis sama isi tas. Tertarik untuk nyoba?

Purbasari Ultra-Smooth Brow Liner, How is it?

Kayaknya aku musti nyetop belanja makeup online deh.. tapi akhir-akhir ini emang rasanya guateeelll banget kepingin nyoba makeup product yang belum pernah aku jamah sebelumnya. Seperti Purbasari Ultra-Smooth Brow liner ini yang denger-denger dirilis Oktober 2018 lalu, bikin penasaran aja pas nongol di recommended list toko yang aku follow di Lazada. Sempet berhari-hari galau mau beli apa kagak coz pensil alis Wardah yang biasa aku pake juga masih utuh gitu, tapi terlalu tergoda ngeliat packagingnya. Yowes, aku beli aja barengan sama Emina Sun protection cream SPF 30 karena kebetulan kepingin beli sunscreen.

Dibungkus kotak karton glossy dengan beberapa keterangan seperti shade color, ingredients dan cara pemakaian, aku pilih warna soft black soalnya rada takut yang coklatnya ga nyatu sama warna alis aku. Lagian kalo pake warna hitam kan emang sesuai aja sama warna rambut asli, ngapain pake coklat segala. Pertama kali aku keluarin produknya dari kotak, yang terpikir “Wuidih panjang amat?!” Karena ada tambahan spoolie di opposite side pensil alisnya, jadi keliatan panjang. Well… Untuk ukuran harga Rp 35.000-an ke atas (harga online) udah termasuk murah kan tuh? Spoolie-nya juga lembut dan lumayan enak dipake buat ngeblend pensil alis. Sedangkan eyebrow linernya sendiri berupa automatic pen yang cukup diputer langsung keluar pensil alis berbentuk segitiga. Agak beda ya sama automatic brow pencil yang biasa aku liat kayak punya Mustika Ratu atau Maybelline. Tapi nilai plusnya adalah doski murah beud dan kemasannya badai kayak mahalan punya.

Seperti khasnya Purbasari, kemasannya pasti kalo ga hitam ya putih. Yang ini kebetulan kemasannya berwarna hitam glossy dengan label Purbasari berwana keemasan (label jenis produk ditulis pake warna putih) dan ada keterangan tanggal kadaluarsanya juga. Walaupun aku ga tau apakah browliner ini bakal jadi item favorit atau kagak, kayaknya kalo masuk pouch makeup rada-rada nambah gengsi ya bok wkwkwkwk 😂😂. Kayaknya juga ni pensil alis masuk ke seri Hydra Purbasari yang juga mengeluarkan produk compact powder dan BB cream. Aku belum tau berapa banyak jumlah produk yang termasuk ke dalam seri Hydra ini, tapi kalo pensil alisnya udah sebagus ini mungkin produk yang lain worth buat di coba.

Ga ada masalah berarti sih pas pengaplikasiannya, tapi masih termasuk susah menurut aku. Mungkin karena udah biasa pake pensil alis konvensional yang runcing kayak bambu para pejuang 45 (beh edan!) Makanya berasa kurang nyaman dengan bentuknya yang segitiga. Masalah intensitas warna sih tergantung pemakaian masing-masing ya, tapi warna soft blacknya ga sampe bikin merong kayak pake arang kalo diaplikasiin pelan-pelan. Ada yang bilang katanya ada ashy color di warna soft black ini tapi aku ga nangkep tuh, cuma kalo pada seneng makeup natural mungkin doi bisa jadi pilihan yang bagus. Kemarin sempet aku coba pake karena harus pergi ke Bank ngambil uang (di daerahku ga ada ATM 24 jam untuk BCA), masih harus dibantu pake pensil alis Wardah biar dapet presisi yang HQQ. Kayaknya kalo buat aku lebih cocok ni pensil alis dipake buat ngisi arsiran daripada ngebingkai, Soalnya ga gampang ngegumpal kayak si Wardah.

Warnanya kurang keluar kalau di foto, tapi cocok dipakai harian karena ga merong.

Aku kurang tau berapa kisaran harganya kalo di Toko, soalnya belum pernah cari produk Purbasari di toko atau pasar. (waktu kerja juga ga pernah make Purbasari sih). Kesimpulanku untuk produk ini;

Yang aku suka;
1. Tampilannya bagus kayak bukan produk lokal. Personally aku suka dengan tampilan produk yang ga neko-neko kayak gitu, kesannya berasa “Mahal” kan yah.
2. Untuk ukuran automatic eyebrow liner, menurutku kualitasnya bagus dan harganya murah. Kalo pake pensil alis Wardah kadang bikin sebel sama teksturnya yang gampang menggumpal, tapi Purbasari brow liner ini ga separah si Wardah. Masih enakan lah kalo diblend dan karena blendernya berupa spoolie yang lumayan lembut jadi makin puas sama produk ini.
3. Warnanya ga merong jadi kesannya natural. Cuma kayaknya jadi tricky kalo mau bikin yang agak tebelan. It’s ok sih sebenarnya, sekarang ini aku lagi kepingin pake alis yang ga terlalu merong biar makeupnya ga sangar-sangar amat.
4. Praktis karena ga perlu di raut kayak pensil alis biasa dan ga ada bau kayu yang menyengat. Kayaknya ini memang nilai plus dari semua automatic brow liner yang pernah ada.

Yang ga aku suka;
1. Kayaknya ni pensil alis masih termasuk produk yang jarang ada di pasaran. Walaupun aku belun survey ke pasaran, tapi sebenarnya produk-produk seperti Sariayu, Mustika Ratu atau Purbasari itu jarang banget bisa aku temuin di daerahku karena semua toko kosmetik rata-rata didominasi sama produk Wardah dan Pixy. Well… Aku tetap harus sabar kalo mau repurchase karena bisanya cuma lewat online.
2. Perlu penyesuaian untuk menggunakan automatic brow liner kayak gini. Aku baru bener-bener ngerasa nyaman makenya setelah beberapa kali pengaplikasian. Terus, harusnya sih bentukannya jangan segitiga gitu sih.. kalo bisa seharusnya lebih pipih atau sekalian bulet kayak eyeliner. Mungkin buat ngebedain kali ya.
3. Isinya ga sebanyak pensil alis biasa kurasa. Yahh… Udah wajar sih.

Apakah aku bakal repurchase? Sure, tapi kalo emang perlu – perlu banget. Gimana yak, mesti beli via online tuh rada ribet dan makan waktu deh. Dan aku masih punya pensil alis Wardah yang utuh juga jadi agak sayang kalo ga kepake. Tunggu abis dulu kali yah hahaha.

My Stupid Boss, and My own Work experience

Kayaknya aku belum pernah review buku ini yak? Hehehe.. padahal belinya udah lama deh, tapi aku emang rada males bikin postingan blog selama masih kerja. Sekarang mudah-mudahan bisa sering posting kayak dulu dan ga melulu nontonin orang di youtube. Hihi..

Well, aslinya kenapa majang buku ini karena menurutku pengalaman Chaos@work ngehadepin bossnya yang alakazam kelakuannya itu menghibur banget. Terus setelah berkali-kali baca buku ini aku jadi keinget pengalamanku sendiri pas masih kerja. Di mana-mana emang akan selalu ada aja atasan dengan kelakuan yang aneh, tapi kebetulan tempat kerjaku sih orang-orangnya masih sangat amat normal dibanding Bossnya mba Kerani. Lagi marah ya sewajarnya aja ga pake acara main langsung tuduh sana-sini. Malah karena mungkin lingkungan kerja diisi hampir semuanya perempuan (secara kita-kita kan SPG), bawaannya kayak lagi arisan. Yang kenceng sih ngomongin orangnya aja kali’ ya. *Mesem-mesem*

Suplayerku misalnya, orangnya lumayan agak cerewet dan kalo marah tuh ga bakal berhenti ngomong. Awal kerja dulu aja sampe pusing karena hampir tiap hari dapet wejangan meskipun akhirnya aku sadar kalo semua itu penting dalam pekerjaan. Kalau sudah ribut soal kompetitor dan omset kayaknya udah maleeesss banget mau jawab bbm/sms-nya, tapi kewajiban ya tetep mesti dipenuhi sebagai bawahan. Misalnya kalo sehari ga ngereport, doi bakal ngirim sms/bbm dari SPG lain sebagai contoh gimana seharusnya SPG itu tanggap dan aktif bekerja. Jadi tuh maksudnya ngode gitu biar dismsin yak.. hehehe.. *ngakak sendiri gw baca ginian* KadangMy-kadang sampe panas dingin sendiri kalo udah ngomongin omset sama kompetitor, ga bakal jauh-jauh dari “Duh, kecil banget..” “Waa rankingnya turun..” Tahu sih kalo harusnya aku mawas diri buat lebih keep up sama ekspektasi sang penggaji, tetep aja rasanya beteeee banget kalo udah dijawabin gitu sama boss. Euuuhhh kayak ga di anggep.

Mulai menginjak dua tahun kerja, aku udah mulai tahan banting sama omongan suplayer yang dikit-dikit ngebahasin pengurangan SPG dan tutup konter kalo lagi chat soal kerjaan. Waktu itu lawan shiftku masih enak, orangnya pintar ngomong juga jadi ga perlu nanya-nanya lagi gimana ngehandle kecerewetan si boss. Begitu doi resign gegara ada masalah, aku ketemu partner yang rata-rata susah beradaptasi dengan kondisi omset konter yang sepi dan suplayer yang cerewet. Pernah ada satu lawan shift yang orangnya polos banget sampe ga mudeng omongan suplayer;

Partner = Mbak, ternyata Bapak itu genit ya? Masa semalem sms aku di bales ‘Oke jelek’. Iihh Emangnya aku pacarnya kali?
Aku = (Bingung) Ha? Apa iya? Biasanya Bapak ga gitu kok. Emang kamu sms apa sama dia?
Partner = cuma kompetitor aja mbak, terus dijawabnya gitu. Ih, aneh ya mbak.
Aku = Hmm.. semalem dapet ranking berapa di kompetitor?
Partner = Ranking 5 mbak.
Aku = (langsung ketawa) Ya elah dek, maksudnya Bapak itu bukannya genit. Dia ngebales sms kamu maksudnya mau bilang Ranking kita jelek. Jadi maksudnya, ‘Oke, rankingnya jelek.” , Gitu..
Partner = Iya tah mba? Yaa orang nulisnya gitu ga jelas banget, kayak ngomong sama pacar.. (terus ketawa-ketiwi)

Kalo sudah gini kadang cuma bisa geleng-geleng kepala sendiri. Makanya setiap anak baru yang jadi partner shiftku pasti udah kukasih wanti-wanti supaya tanya dulu sama aku pas di chat sama suplayer. Untungnya semua pada nurut ya, walaupun masih tetep aja ada miskomunikasi. Secara si bos orangnya syupaaa sibuk jadi kalo ngetik chat itu singkat-singkat, jadinya suka salah pengartian. Sayangnya aku udah lupa sih apa aja kejadian salah baca chat suplayer yang di alami lawan shift aku, tapi yang aku inget emang hampir semuanya ngalamin termasuk aku juga. Aduh.. banyak cerita juga ya setelah dipikir-pikir. Hahaha..

Back to the topic, My Stupid Boss diceritakan dengan gaya bahasa sehari-hari berbumbu banyolan slapstick khasnya humor Indo ala novel-novelnya bang Raditya Dika. Bedanya, aku suka novel ini karena ceritanya konsisten dalam situasi yang sama. Kalo di novelnya Bang Radit tuh jumping dari satu ke yang lain sehingga aku sendiri ga nyambung kolerasinya di mana (jadi ujungnya cuma lucu aja). My Stupid Boss bisa dibilang fiksi humor yang bikin orang relate ke pengalaman kerjanya sendiri sehingga bawaannya jadi ngocol bin terheran – heran kenapa bisa ada orang seaneh itu jadi pemimpin perusahaan dan ada seorang sekuat itu yang bisa menjadikan pengalaman kerjanya jadi sesuatu yang menarik untuk di simak. Ga heran sih kalo akhirnya My Stupid Boss diangkat menjadi film layar lebar dan ga mengecewakan juga. Dan lucky bonusnya, tokoh Boss ini diperankan oleh Reza Rahardian yang sumpah gokil banget ngasil feel yang ngena sebagai atasan super ngeselinnya Diana. Hehehe.. Walaupun ga bisa nonton di bioskop gegara temen-temen aku lebih tertarik sama The conjuring, at least aku bisa nonton via shared video di Facebook. Dan novelnya sendiri aku beli di Gramedia, cuma lupa harganya berapa. Well, aku pengin beli buku lanjutannya karena yang terakhir aku tahu tuh Chaos@work sudah ngeluarin 5 buku serial My Stupid Boss. Semoga dapet kesempatan di lain waktu deh. Anyway, yang belum pernah baca, mendingan beli deh bukunya. Soalnya menurut aku lebih kocak baca bukunya sendiri ketimbang cuma tahu dari film.

This Week’s Reading list

Kayaknya udah lama banget deh sejak terakhir aku bikin post tentang dunia membaca seperti review novel dan sebagainya. Maklum, sekarang jarang banget nyempatin waktu buat nyari bahan bacaan. Dulu kalo lagi di rumah bisa berjam-jam mantengin laptop buat baca novel, eh.. sekarang yang harusnya gampang banget buat baca di aplikasi henpon malah kebanyakan mainan yutub sama instagram. Ehehe.. palingan kalo mau baca buku tuh pas lagi abis kuota doank *mesem-mesem*. Kemarin aku lagi baca buku bang Radit yang pertama, bawaannya kepingin beli buku lagi. Meskipun salah satu temen bilang enakan baca buku/cerita online, well.. hobby is not something you can measure on. Aku ga bilang baca buku lewat jalur online itu ga bagus, malah kebanyakan membantu banget selama ini buat aku yang kantongnya pas-pasan (padahal udah kerja). Tapi karena sekarang udah termasuk mampu beli buku dalam bentuk media cetak, kayaknya kok sayang kalo ga ngambil kesempatan buat menambah koleksi buku. Toh, itu juga termasuk impian aku dari kecil, kepingin punya perpustakaan sendiri. Alhamdulillah sekolahku punya banyak ragam bahan bacaan karena perpustakaannya kebetulan salah satu yang terlengkap di Bandar Lampung (yuk, yuk dateng ke Xaverius 1 Teluk Betung). Dari perpustakaan inilah lahir hobi yang sampai saat ini belum luntur, yaitu membaca. Wah.. dulu di SD aku udah baca banyak banget buku, dari ensiklopedi sampai novel remaja. Sebagian inget, sebagian sih kagak. Jadi kangen, hahaha…

Omong-omong soal aktif di instagram, gegara buka iklan di sono aku jadi donlod aplikasi Webcomics dan nemuin novel “Resign” karya Almira Bastari. Kamvreto banget tuh novel lucu bangettt,, ala-ala drakor gitu yang meskipun english-englishnya bikin aku agak terganggu (I dunno, I’ve never been one who likes english convo or terms added in Indonesian novels) tetep syuka sama kisah Alranita vs Tigran yang unyu. Love and hate relationship emang seru sih ya hahaha.. sayangnya kalo di Webcomics kan mesti dapet koin dulu kalo mau baca chapter non-gratis, dan kupon gratis buat baca “Resign” juga keluarnya tiap 5 hari sekali. Iseng-iseng buka Lazada buat ngintip harga novelnya, lah.. mehong boy! Hiks… Aku lagi belum mampu keluarin uang lebih buat beli kamu nak.. *nangis manja* Doain yaa manteman gajiannya ada sisa buat beli buku, aminnnn.

Aku punya reading list yang sebenarnya recommended buat kalian. Ini beberapa buku yang kemarin aku baca, tapi aku gabungin aja ya secara singkat biar enak;

1. Ten millions of Peach Blossoms, Pillow’s book 1-2 by TanQi GongXi.
Ah. 2 words for these masterpieces : Keren gila. Awalnya aku tau Chinese novel ini pas liat adaptasi dramanya yang aduhai ngena banget di hati. Memang banyak sih yang menghujat karya TanQi karena plagiarism-nya ke novel lain (novel boyslove pulak), tapi ga tau kenapa aku tetep syukaaa banget dengan ceritanya yang lucu dan kompleks ini. Berdasar pada kebudayaan, ajaran agama Budha dan kepercayaan para Dewa di China, serial-serial ini jadi novel Chinese favorit aku so far. Yang masih beredar secara umum sih Pillow’s Book 1-2 (Kisah antara Bai Fengjiu dan Donghua Dijun yang aseli sumpah bikin nagih buat nyimakin), tapi yang Ten Millions of Peach Blossoms udah ditarik peredarannya dari internet. So shame banget pokoknya. Versi Manhua dari ‘Peach Blossoms’ masih bisa di temuin sih, tapi imagenya menurut aku ga terlalu sesuai sama penggambaran di dalam novel. Kalo soal plot, sama persis. Tapi bagi aku yang udah baca dan nonton versi dramanya jelas bisa ngebedain mana yang sesuai dan yang kagak. Yah. We can’t have all we want. But it’s really and highly recommended. Silahkan cari aja Pillow’s booknya di gugle ya. Klo yang ‘Peach Blossoms’ aku dapet di Wattpad, tapi belum full complete jadi belum bisa aku rekomendasikan.

2. Bu Bu Jing Xin (Startling by Each Step) by Tong Hua.
Again, it’s actually a great shame novel ini ga pernah masuk pasar Indo. Ini keren-ren-ren gila! Buat kalian yang udah pernah nonton Drakor “Scarlet Heart : Ryeo”, FYI ceritanya terinspirasi dari novel ini. Bedanya cuma karakteristik awal si Hae Soo yang lebih kekanakan dibanding Maertai RuoXi. But most of all semua sama (namanya juga di adaptasi). Yang bikin lebih ngeselin lagi karena terjemahannya yang beredar di gugle cuma mentok di chapter 8. Meskipun bikin bete, aku pernah ngerasain sih strugglingnya sebagai translator. So let’s there’ll be any continuation for the translation *cross fingers*.

3. Pallace of Illusions by Chitra Banerjee Divakaruni.
Kalo kalian menggemari historical romance atau tertarik dengan cerita Mahabharata, Pallace of Illusions ini jadi novel yang aku rekomen buat dibaca. Novel ini menceritakan kronologi kehidupan Draupadi dan Mahabharata dari PoV-nya si Draupadi sendiri. Karena aku familiar banget dengan kisah Mahabharata karena sering nonton dramanya berulang kali dari kecil (yang versi tahun 70an ituloh), kayaknya unik aja mengikuti penjabaran Draupadi yang diceritakan jatuh cinta sama Karna daripada sama Arjuna. Walah, pokoknya lucu aja. Terus kan kalo Mahabharata biasanya mengisahkan wanita sebagai sosok yang penuh bakti sama keluarga dan suami, berkharisma dan penuh dharma. Lah kalo di sini ceritanya manusiawi banget, yang Ibu Kunti jadi ibu Mertua yang resentful sama menantu, atau si Draupadi sendiri yang menganggap mertuanya sebagai saingan. Aneh banget deh ga kayak cerita Mahabharata yang biasanya. Tapi menurutku disini sih letak bagian uniknya, retelling story emang punya nilai lebih dimana plotnya jadi lebih berkembang daripada versi original. Seneng banget bisa punya kesempatan baca buku ini.

4. Dua Ibu by Arswendo Atmowiloto.
Menurutku Pak Arswendo layak jadi bapak cerita anak-anak, soalnya novel-novel karyanya seperti “Mencari Ayah Ibu“, “Kenapa Bibi Tidak Pernah Pergi ke Dokter“, “Pesta Jangkrik” sampai “Keluarga Cemara” yang diadaptasi ke sinetron itu punya kesan yang ngena banget karena sarat dengan kisah keluarga dan masa anak-anak. Doa Ibu juga termasuk karya yang aku favoritkan, dan alhamdulillah aku bisa punya salah satu dari novel yang Pak Arswendo buat. Dulu aku seneng banget baca “Mencari Ayah Ibu” di perpustakaan, jadi aku familiar dengan gaya bahasa dan cerita Arswendo. Dua ibu dikemas dengan penggalan cerita anak-anak asuhan seorang ibu yang berkorban sepenuh hati untuk mereka meski kehidupannya selalu dalam kekurangan. Di akhir cerita, sang ibu meninggal dan seluruh anak asuhannya baik yang kandung maupun yang di asuh berkumpul sebagai penghormatan bagi ibu yang mereka kasihi. Arswendo Atmowiloto ingin menyampaikan bahwa tidak ada batasan mau itu kandung ataupun tidak, ibu adalah ibu yang bersedia merawat dan membesarkan anaknya dengan cara apapun. Bahkan ga ada batasan agama yang mengikat karena nyatanya dia mau merawat dan mengkhitan salah satu anaknya yang notabene berasal dari keluarga non-muslim. Menurut aku, menulis novel harus yang begini, jujur, sederhana dan pesannya sampai. Kalo sekarang agak susah nemu novel lokal yang ginian sih. Hahaha..

5. Resign by Almira Bastari
*Ngakak membahana* mahap yah mahap.. I can’t help it, beneran! Padahal aku aja belum selesai baca buku ini via Webcomics tapi udah main langsung masuk reading list aja. Abisnya lucu sih ceritanya jadi gemes pengin ngeshare ke blog. Awalnya pas liat judul novel ini aku kira bakal ngebaca novel non-fiksi tutorial resign dengan cara-cara nyeleneh dan kocak (maklum, kebanyakan baca novel humor jadi gini dah). Ga taunya novel romance toh ya hahaha.. Tapi field kerjaannya ga relate sih sama aku, soalnya aku ga yakin ada perusahaan yang karyawannya lembur tiap hari. Cuman ya kalo ada salut aja deh *tepuk tangan*… Aku yang dulu cuma lembur seminggu sekali aja ga tahan, apalagi pas puasa haduhhhh… Itu bisa sampe seminggu terus ga sakit-sakit berarti manusia super. Masa’ si Alranita masih mau lanjut nonton jam 9 malem padahal pulangnya paling cepet jam 7an? Aduh, kalo aku sih mendingan molor broh *nyengir kuda*. Anyway, doakeuuunnn pokoknya bisa beli buku ini ya manteman, sapa tahu diriku dapat bonus nyasar dari kantor terus adminnya insomnia dadakan gituhhh (ngarep). Amiiinnn..

Perempuannya Yang Jaga Diri terus-terusan, atau…

Di kota besar, perempuan memang mesti pintar-pintar menjaga diri. Mau itu yang masih muda sampai bahkan yang sudah ibu-ibu, aku rasa semuanya pernah at least sekali seumur hidup mendapat perlakuan tidak baik di jalan. Kalo belum, alhamdulillah anda termasuk diselamatkan dari bahaya seperti ini. Ga usah pake acara ngomong, “ah, paling ceweknya aja yang salah. Udah pake baju seksi, jalan sendirian di tempat pula. Gimana ga diganggu orang” , karena berdasarkan pengalamanku malah gangguan-gangguan dari lawab jenis kebanyakan berada di jalan yang rame. Seperti tadi, di trotoar samping Chandra Teluk Betung. Hal sepele, nyentuh pun juga kagak sih sebenarnya. Tapi di depan segitu banyak orang, bapak-bapak merentangkan tangan di depan perempuan seolah-olah mau meluk itu di anggap apa coba? Masih bisa ga dianggep bercanda? Jarak antara aku sama si bapak tukang becak itu sekitar semeteran, jadi ya emang ga nyentuh sama sekali. Tapi bercanda di depan orang banyak ke perempuan yang jelas-jelas ga saling kenal sama dia, kalo aku bisa mungkin sudah aku laporin sebagai tindak pelecehan. Setidaknya kalaupun ga punya pendidikan tinggi, kan masih punya pendidikan agama. Apakah ga berfikir kalau hal semacam ini dilarang agama?

Ini pun terjadi tanpa perlu aku pakai pakaian seksi. Kejadian pun di depan area yang ramai. Mungkin yang membaca post ini akan bilang, “ah lebay. Kan becandaan doang ga usah berlebihan.” Well, seandainya kamu di posisi aku, enak ga kira-kira diperlakukan begitu sama orang ga dikenal? Yang ada bukan ketawa nganggap itu lucu, justru malah takut. Sama yang udah kenal aja masih kaget kalau tiba-tiba digituin, apalagi yang ga kenal begini? Rasa kesalnya pun ga ilang-ilang padahal kejadiannya sudah sejam berlalu.

Jujur aja, kelakuan-kelakuan orang-orang aneh seperti ini bukan pertama kali aku rasain. Dari masih SD aku udah aware dengan kondisi jalan raya, gang dan daerah perumahan sepi itu ga ada yang 100% aman sejahtera. Pernah denger cerita di luar sana tentang anak SD diperkosa bapak-bapak di pinggir jalan? Dulu aku pernah hampir ngalamin kejadian ini di Gang seberang Xaverius 1 Teluk Betung ( kalau yang tahu, tepatnya yang tembus ke puskesmas. Kejadiannya tepat di samping puskesmasnya). Untungnya masih bisa menyelamatkan diri, tapi itu cukup bikin trauma sampai sekarang. Tindakan sex exhibitionism? Aku juga pernah jadi korban laki-laki ga dikenal yang mengeluarkan kemaluannya di daerah Kangkung Dalam, Teluk Betung. Bahkan semasa kerja ini pun bukan sekali dua kali aku diganggu dan dilecehkan orang di jalan; mulai dari yang sekedar colak-colek bokong di angkot sampai ngeluarin kemaluannya. Waduh, bisa dijadiin satu buku kalo diceritain satu-satu. Tapi banyak. Dan ga ada satupun di antaranya dalam keadaan aku pakai baju seksi dan mengundang. Satu atau dua di antaranya memang terjadi tempat yang sepi, tapi seperti kejadian paling pertama yang aku sebutin di awal post malah sebagian besar di tempat yang rame. Bingung sendiri rasany, kok tega sekali melecehkan orang. Kalau lagi pakai tanktop dan hotpants terus diganggu, aku masih bisa nganggap ini murni kesalahan akunya yang ga memakai pakaian sopan saat keluar. Sedangkan ini, sudah pakai celana panjang dan kaus lengan 3/4 gombor segede baju emak gw delalahnya masih kena juga digangg orang di jalan. Aduduh.. apakah Indonesia seberbahaya itu ya sampai di jalan aja ga ada yang aman lagi?

Prihatin loh aslinya aku tuh, karena tingkat kriminalitas di jalan kayaknya makin bikin resah orang-orang yang biasa kemana-mana jalan kaki kayak aku ini. Udah naik motor banyak resikonya entah itu kecelakaan sampai yang kena begal lah, di jalan pun ngalamin hal semacam ini juga. Aa sering banget ngebecandain aku, bilang “Jangan sendirian kalo kemana-mana, ntar kamu di culik.” You have no idea loh actually. Aku udah ibarat makan asam garam sama yang beginian. Masalahnya, salah siapa? Kejadian kayak gini kalau ditanggepin sama pihak berwajib, jawabannya cuma wacana supaya hati-hati, jangan kemana-mana sendirian di tempat sepi dan memakai pakaian yang sopan. Plis deh pak, masa saya beli makan di pinggir jalan yang jaraknya cuma lima menit dari kosan mesti pake rame-rame? Terus salah kitanya gitu kalo jalannya sepi? Atau kalau sepulang kerja kebetulan seragamnya rok pendek atau kaus nyetrit jadinya gimana tuh, salah kita juga?

Permasalahannya adalah hal beginian ga ada pembelaan ke pihak yang dirugikan. Kalau udah ada kasus pelecehan, orang cuma bisa berkomentar ‘Makanya ini dan makanya itu’. Kenyataannya orang-orang yang melakukan tindakan pelecehan begini ya belum tentu dapat ganjaran. Kalo ngelawan, malah balik menyalahkan atau ngelak. Orang cuma bercanda, katanya. Situ senang ya bercanda-bercanda bikin takut orang, situ punya anak atau istri dibegitukan orang kok marah ya? Kan egois ya. Jadinya, yang disuruh ‘tahu diri’ ya pihak perempuan. Ya tahu dirilah, kalau cewek harus hati-hati, ntar diganggu orang. Trus yang ngeganggu mesti diapain? Didiemin aja?

Plis dong, plis ini mah. Tolong renungkan ini. Mesti apa, selalu perempuannya yang kemana-mana harus up-guard kayak dikejer setan, atau pihak-pihak terkait yang seharusnya melakukan tindakan yang benar-benar tegas untuk para pelaku biar ada efek jera?

Salah naik Go-Jek


Aku jarang nonton di bioskop, jadi ga hobi-hobi banget merhatiin film baru di XXI. 22 Desember 2017 juga kebetulan Grand Opening Trans Studio Mini di Way Halim Bandar Lampung, jadi bioskop CGV (bener ga sih nulisnya?) yang dibuka disono  bakal jadi serbuan cinema-lover. Sayah? Ga tau deh… Agak males mau jauh-jauh ke Way Halim buat nonton. Walaupun babang Go-jek dan Grab udah bikin markas yang deket banget dari kosan, masalahnya tuh kan biaya dari Teluk Betung ke Way Halim sekali jalan aja udah nyamain naik angkot 2 – 3 kali bolak balik. Cepet nyampe sih cepet nyampe tapi yaa ruginya ituloh..

 Ngemeng-ngemengin soal ojek online, baru aja aku dapet pengalaman lucu soal mesen Go-jek. Jadi ceritanya, sebelum day off temen emang udah ngajakin ke 21 buat nonton film baru. Ngajak sana-sini dapetlah satu lagi personnel buat diajak nobar secara ga mungkin juga kan jadi obat nyamuk diantara orang pacaran. Tapi pas di hari H-nya, pesenan doodle art yang lagi aku kerjain belum selesai gegara mager parah 😂😂. Harusnya bisa selesai sebelum jam 12 malah jadi ga selesai-selesai, jadi aku langsung cancel acara dari pada bikin orang nunggu-nunggu. Then, henpon matot lobet. Yaudindahh sayah boci-boci. Pikiran juga kepingin istirahat aja deh di kosan mumpung lagi suasana hujan.

Jam setengah 3 henpon aku aktifin coz batrenya udah rada penuh, dan ternyata temen aku itu kirim Whatsapp nanyain udah selesai apa belum. pesenan aku udah selesai dari jam setengah 2 sih aslinya tapi karena aku udah cancel acara dan henpon matot jadi ga mikir lagi. Dan dia pun whatsapp kalo filmnya mulai jam 5 sore dan bukannya di MDS (Matahari Dept. Store alias Center Plaza kalo nama bekennya) melainkan di BKM (Boemi Kedaton Mall, tapi orang lebih kenal dengan akronim MBK). Otomatis aku bisa nyusul donk kesana. Yaa.. Mikirnya gitu pertamanya. Padahal buat siap-siap dari mulai mandi sampai mau berangkat aja udah makan waktu setengah jam lebih, sementara aku pesen gojek di spot yang bikin aku jalan sekitar 5 menit dari kosan biar waktu nunggunya ga bengong kayak orang bego. Sooo sangat banyak sekali waktu kebuang, but everything seemed fine at the beginning jadi aku belum bener-bener panik. Belum ada masalah sampai si mamas Go-jek dateng ngejemput. Awalnya dia nanya, “Kupangnya di mana mba?” padahal aku pesen untuk tujuan ke Mall Boemi Kedaton. Kalo di situasi berbeda dimana aku lagi ga gupek ngejer waktu, aku harusnya udah nyadar ada kesalahan disini. Tapiiiii dengan enaknya aku bilang, “Mungkin error kali’ mas. Berangkat dulu aja deh gapapa yang jelas anterin dulu saya ke BKM”. Si Mas Go-jek mas iya-iya wae yang penting bayar, which is kita go offline.

Udah jalan lewat Rumah Sakit Bumi Waras, I got some weird feeling kayaknya ada yang ga beres. Dan beneran aja, henpon yang biasa aku pake buat telpon dan sms doank berdering nomor hp ga dikenal. Jelas donk apa masalahnya, ternyata aku dari awal salah naik driver Go-jek.

Diulang yah, GW. SALAH. TERIMA. DRIVER.

*ketawa sambil ngerasa bodoh sendiri*

WHY, ON EARTH, GW HARUS SALAH NAIK GO-JEK PULAK?

Aku ngomong ke abang driver dengan perasaan was-was takut si abang marah gitu, tapi dia sendiri juga jadu ketawa karena terjebak di situasi yang lucu. kita berhenti dulu di pinggir jalan dan setelah ngomong bentar, akhirnya ngebut balik ke pick up location. Tukeran driver gitu deh jadinya, udah kayak lagi syuting FTV gitu deh ekehh.. Aku kira bisa berangkat dengan lancar ke BKM, tapi emang yaaa… My Lord is always in need to have a funny moment with human’s life. Tuh abang Go-jek yang beneran pesenan aku udah nunggu bareng dengan pemesan yang drivernya jemput aku. Huehehe.. karena ga enak, jadi kukasih aja goceng buat abang driver yang salah jemput tadi. Dermawan ga sih? (padahal efek malu) Sambil ketawa-tawa nahan malu, curhat gitu sama driver yang bener waktu kita jalan menuju ke BKM kalau aku juga aslinya udah mulai bingung dari pas driver satunya nanya “Kupangnya sebelah mana?” . But we went on aja deh, kan intinya aku buru-buru juga ke XXI biar ga telat nonton.

Ehhh ga taunyaaa..  byurrrr… Hujan turun. Lumayan deres, sementara aku ga pake jaket. Abang driver masih sempet nanya mau labas atau kagak, dan aku juga dilema soalnya ga pake pelindung apa-apa selain baju di badan (tapi pake helm sih). Makeup udah sok-sok ala Korea pake blush on tebel dibawah mata gitu, masa iya mau diancurin air hujan? Aku ngeromet parah dalam hati. Akhirnya karena hujannya makin deres, kami berhenti di depan semacem loket apaan gitu. Terus aku video call temen aku buat nginfoin kondisi terkini. Haha.. Efek nonton live report ya bok. Yang ngangkat pacarnya si temen.

Pacar temen : Mah, lu dimane?

Aku : Ujan Haaarr, gw masih di jalan.

PT : udah nyampe Karang blon? (Tanjung Karang maksudnya)

Aku : Borooo, gw baru lewat Bumi waras (RS. Bumi Waras). Udah mulai blum filmnya?

PT : Masih lama, 20 menitan lagi lah kira-kira.

Aku : Oh yadah, bilangin Anggun gw masih otw.

PT : Yaya, Anggun ke WC. Ntar gw bilangin.

Aku : Oke ‘kee, tiket gw blom dibeli kan?

PT : Blomm.

Aku : Yaya gapapa takut gajadi sayang duitnya.

Tau gak, legaaaa banget ternyata masih banyak waktu sebelum filmnya mulai. Abang Driver nanya lagi mau di labas atau ga, dan setelah mikir bentar aku pun bilang “Gapapa kak labas aja, kerja di mall ini udah biasa dingin.” Songong ya hehe.. Tapi emang aku mah lebih kuat nerjang air hujan ketimbang kena AC. Seenggaknya air ujan rada anget wkwkwk. So cuss juga kita ngelabas hujan yang udah mulai mereda. Lancar lancar dan lancar jalan, di depan Pusat Belanja Bambu Kuning jalanan macet dan kita stuck. Shieeet maaannn… Aku udah putus asa banget dan mikir kalo aku pastinya udah ditinggal sama temen nonton duluan. Jam udah nunjukin sekitar 15 menit sebelum film mulai. Macetnya bukan sekedar macet tapi macet parahrahrah yang bisa bikin orang stuck berjam-jam, bisa kali disempetin tiduran di trotoar kalo bosen.  Wajar sih, soalnya jam segitu kan emang pasnya orang-orang pada pulang kerja. 

Aku : Waduh, mas gimana ini? Macet banget.

Abang driver : Iya nih mba, kalo gitu ambil jalan sini aja lah.

Terus abangnya belok masuk ke Bambu Kuning yang di depannya ada jembatan penyebrangan (kan ada dua, yang di sebelah Telkom sama yang sebelah hotel. Yang sebelah hotel itu depannya ada jembatan). Entah gimana caranya dia ambil jalan muter-muter yang langsung nembus ke depan BKM. Gile, untung aja aku balik lagi nyari dia di pick location karena nyatanya dia tau jalan. Makasih yah Bang Imam! Di depan BKM itu jalanan udah kayak diserbu pasukan, rame banget sama macet! Pas kita nyampe dan berhenti di seberang BKM, hujan langsung turun ngebyur. Itu posisinya udah tinggal 5 menit sebelum film mulai. Yaudah gpp yang penting udah nyampe. Nyebrang jalannya alakazam banget saking macetnya, but I was on time! Sumpah berasa kayak prajurit menang perang deh pokoknya!

Turn out credit dan iklan yang muncul sebelum film di mulai ternyata panjang banget dan aku ngerasa bodoh sendiri kenapa pake gupekan segala mau on time. Padahal waktunya juga masih panjang sih, jadi aku pake aja buat touch up makeup yang berantakan gegara hujan tadi. Eh, aku nontonnya Lima Cowok Jagoan soalnya si Anggun (temen yang ngajak nonton) pengin nonton film komedi. Um.. Lucunya ya lucu standard, habis kayak lagi nonton parodi gitu; refering to Japanese game/anime character sama Resident Evil. Heavily RE reference, and I’m not much of a zombie fan. So di tengah-tengah udah ha ha maksa. Intinya sih sukses nonton, jadi ga sia-sia ngeriweh mesen Go-jek ampe segitunya.

Udahannya si Anggun bilang, “Mah, ke Lampung Fair yuk!” Aku jawab, “Gw berhenti dulu mesen Go-jek jauh-jauh! Capek gw!”

Beautiful and Surreal

For recents years I haven’t been into K-pop music though I sometimes still see few names on youtube such as CL or those cute boys like BTS. And there’s no doubt that I’m in love with their dramas so getting in touch with Korean taste isn’t that far. A few days ago, CNN Indonesia showbiz reviewed about BTS’ performance and it somehow made me recall about my chat with workmates before. I talked about “Goblin” rerun on local tv and one of them said, “I don’t really like watching Korean dramas, they are too beautiful and making me feel surreal.” Honestly, I laughed because long time ago I also felt the same. Before Korean wave stepped its feet in Indonesia, almost all local TVs aired Taiwanese dramas and movies which also gave a bit same effect as Korean did. Beautiful actors and actress have always been a fascinating sight to watch, so hence the reason why us Indonesians always are so into white and smooth skin. Now, with Korean wave invading our life style and every other aspects, just watching them on tv would give some surreal feeling and wonder why such those creatures could exist. You might find what I said sound funny, but that’s what I’ve always thought every time I watched Korean dramas.

These days I begin to feel some matureness after experiencing independent life living as a worker and alone renting a room in small boarding house. No idea if  it influences my view about beauty and such, but somehow I don’t even feel too much awe like I did before when watching them again. They’re still beautiful and surreal but not in the way that makes me blinded and faint. I just watched BTS’ “Dope” video few minutes ago to prove my theory  and was like “Oh, this is good. Okay. But no need to follow them”. So that’s it. Years ago I would almost scream if Super Junior was on the screen, and now I only see them as good performers and nothing else. When thinking about this, I feel like I’m actually behaving like an adult should be; stick to the realistic facts. And the fact is, they are selebrities. Only fun and entertaining to watch. (Btw, I like this song so I’m kinda their fan heheh..)

I don’t say this to discourage K-pop fangirling since I was actually in the same league years ago. But in my experience a person’s view can change in the matter of time and deep down I already know that beauty shouldn’t be something to pursue too much. I mean, Korean selebs are all beauties and sexy and fashionable but those are just for temporary. When I watched “The Return of Superman” on Youtube, I saw a father of a son who was an ex-boyband member aged into someone so much different. Though still had some fine feature, the difference didn’t go unnoticed . And that’s what I’d always think every time I watch Korean selebs; will they always be that beautiful and surreal Until they age? It might be too much but someday I’d be happened even for beautiful people like them. 
I wonder how CL would be when she ages, lol..

Bulan yang Unch Banget

Long time no see!

Beberapa hari belakangan aku ngalamin hal-hal yang menarik; pertama, pesenan doodle art mulai makin bertambah sehingga aku makin mantap buat ngembangin doodle shop aku. Karena sekarang lagi musim-musimnya soccer, pesenan muter-muter di sono-sono tuh. Actually, it starts getting some troubles with providing frames now. Toko tempat biasa aku beli frame mulai jarang restock sehingganya aku harus ke pasar untuk nyari frame. Sedangkan nyari frame item polos tuh agak susah kalo di pasar Kangkung, secara yang umum tuh biasanya warn biru. Kadang suka kesel juga kalo udah dapet pesenan yang rada ngeselin, suka kebanyakan nanya atau yang tiba-tiba ngorder dadakan. Kalo cuma ngerjain doodle artnya sih, sehari juga kelar. Tapi yang bikin ribet kan aslinya si frame ini. Jadi mikir, nyediain frame item yang gitu aja rada susah apalagi yang warna putih. Soalnya bingkai warna putih kebanyakan customade yang musti pesen dulu. Emang udah dapet sih seller yang jual frame putih polos dari ngider-ngider di instagram, tapi belum tau bakal beli frame dari situ atau ga.

Terus, entah kenapa nongol semacam craving untuk ngoleksi pernak-pernik bertema karakter favorit. Sayangnya favorit aku kan Cardcaptor Sakura dan Harry Potter yang goodsnya rada susah di cari. CCS rata-rata goodsnya dari Jepang, indo manufactured dikit banget sampe greget rasanya. Bawaannya jadi kepingin mesen barang custom bertemakan CCS biar puas (bener loh, soalnya aku sampe nyari-nyari jasa custom gitu buat referensi). setali tiga uang sama Harry Potter, potterhead goods banyak tapi ga terlalu menarik. Akhirnya pas lagi browsing Doraemon goods, agak mendapatkan pencerahan gitu. Emang umumnya yang paling banyak dan gampang di cari tuh Hello Kitty dan Doraemon. Jadi menimbang antara Hello Kitty dan Doraemon, aku milih opsi kedua karena suka sama warna birunya. Personally, I’m okay with all characters Be it Doraemon, HK, or even Naruto. Aku bahkan nonton Naruto dari SMP dan ngoleksi komiknya dari yang ori sampe ke KWnya juga. But I want to have a dreamy room inspired by character I like, dimana segala koleksi bisa ngumpul jadi satu dalam tema yg sama. Selain itu, aku juga harus mikirin budgetnya donk. Masa iya ngabisin gaji cuma gegara kepingin ngoleksi doank. 

Btw, postingan kali ini berasa serius ga sih?

Mungkin craving yang aku sebutkan di atas bisa jadi ada hubungannya sama rasa bosenku ngeliat isi kamar yang itu-itu aja dan ga pernah berubah. Ya gimana ya, kalo udah masuk kamar bawaannya kepingin breg langsung nempel di kasur ga mikir lagi sama hal lain. Eh… Setelah dipikir lagi, kamarku ga munglin dibiarin gini terus. Harus ada refreshment biar keliatannya ga monoton. Combined with my cravinh on collecting, aku pikir ini bakalan jadi room redecorating idea yang bagus. Makanya semoga manteman yang baca post ini mendoakan supaya harapan ini tercapai : I want to have a dreamy (boarding) bedroom!

Anyway…

Anyone watched KBS TV’s “The Return of Superman”? Denger-denger nih acara populer banget di Korsel dan aku sendiri sempet nonton rerunnya di R*TI tempo hari. Lagi iseng buka Youtube, aku malah jadi seneng banget nonton Triplets Daehan Minguk Manse dan si appa yang ganteng itu lohh.. Song Il Kook 😍. Tapi tripletsnya asli lucu abis sampe-sampe segala acara TV ga ada bandingannya lagi kalo udah nonton video-video special episode 3 anak kembar ini. Arghhh!! Tapi semua anak dan para bapak yang ikut RoS keren banget! Sempet kaget waktu ada Taewoong juga ikut acara ini bareng anaknya Jion, soalnya Uhm Tae woong tuh salah satu aktor yang cukup menarik perhatian aku. Istrinya cantik juga lagi ah.. 😆

Ehh… Pokoknya bulan ini terisi dengan banyak hal seru, dan yang paling bikin hepi adalah kuota smartfrennya muyah bingits kakaaaa!!! Dapet perdana 13 GB dengan harga yang sama dengan pembelian kuota 2GB. Jadi alhamdulillah hemaaaatttt banget ga pake pusing lola-lolaan. Makanya sekarang bisa nonton konten seru dan aktif di shop tanpa halangan. Ihiy, pokoknya unch banget ah!

Katanya Nyantai, Ternyata..

Ceritanya, lagi banyak orderan doodle art dari temen sekitaran tempat kerja. Termasuk lumayan membantu juga karena kebetulan emang tight on budget dan rada bosen ga tau mau ngapain sama waktu luang yang terlalu banyak, lagian doodle shop yang aku jalanin lagi sepi-sepinya sampe kayaknya hampir menuju hiatus mode. Terus, lagi dapet jadwal masuk sif pagi salah satu temen kerja nanya-nanya soal doodle art. Doi pun ngomen, “Perasaan mba ini nyantai banget, eh ternyata punya usaha ginian.”

Ihh.. Sukses tesypu akuhh.. *mesem manja*

Sejujurnya bukan maksud nyantai sih, soalnya kan sistem promosi juga ga gembar-gembor ngomongin ke orang-orang kalo aku punya doodle shop gini. Lagian pesanan juga masih by order jadi ya kalo ga ada yang mesen buat dibikinin ya tetiba jadi lupa sendiri kalo punya doodle shop 😂. Toh selama ini masih berupa hobi sampingan yang belum di jadiin job utama ya ga heboh banget promosinya. Tapi semenjak dapet beberapa order kemarin, aku akhirnya mutusin untuk mengubah akun instagram doodle shop-ku jadi ke mode bisnis. Meskipun aslinya bingung-bingung gimanaaa gitu secara ga punya basic dan strategi apapun, minimal ada sesuatu yang dilakuin. Ibaratnya ada perubahan situasi dalam soal promosi, jadi ga monoton gituu..

Terus, instagram business tool juga memudahkan promosi di Facebook dengan membantu membuat page khusus. Jadii sekarang doodle shop aku sudah punya Facebook page-nya kakaaaaa!!! *ketip2 mata* Dan sekalian juga kalo mau pesen bisa lewat akun instagram aku daann Facebook page akuuu.. 😘

Ke sini yaa kalo mau lewat Instagram, atau ke sini kalo mau lewat Facebook. Either way pasti semua pertanyaan dan orderan akan dilayani dengan baik. Hoho, promosi juga kann sayah jadinya disiniii…

Wish me luck yess wankawannsss.. 😘🙆🙏