Merdeka Ya Merdeka

Pertama-tama ngucapin dulu, Selamat hari Kemerdekaan RI yang ke 68. Telat ya hehehe… Rencananya kemarin udah kepingin post tapi terlalu banyak yang mesti di kerjakan sehingga yang mau di tulis di blog kehapus dan ga sempet disimpan di draft. Habisnya biasanya cuma di save lewat feature copy text hp sih… (lho jadi curhat ya ini?)

Yak, dua hari kemarin berbagai pesta kemerdekaan meramaikan suasana perayaan hari bersejarah bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus. Upacara, bendera merah putih berkibar di mana-mana, perlombaan dari balap karung hingga panjat pinang, atau konser-konser khas kemerdekaan. Yaah.. Kalo ga di rayain sih kebangetan juga deh, secara Kemerdekaan RI itu ga didapat dengan gampang. Perjuangan ratusan tahun rakyat kita melawan penjajah lho. Dibanding kita yang sudah mengecap nikmatnya hidup di negara yang merdeka selama 68 tahun, kehidupan para pejuang dan leluhur kita jauh lebih sulit dan mencekam. Jadi jangan lupa mengapa kita merayakan kemerdekaan, kita diberi amanat mewakili semangat para pejuang dan rakyat yang belum sempat ikut merasakan kata merdeka itu dengan mencintai negara dan menjaga tanah air. Tsaahh sekalinya diriku ngomongnya sok filosofis banget yak hehehe..

Bukan apa-apa sih, selama ini entah mengapa banyak orang mulai “protes” di hari Kemerdekaan. Banyak bisik-bisik tetangga berkumandang, “Gimana bisa merayakan kemerdekaan kalau negara ini belum benar-benar merdeka?”. Bayangin, di suatu masa ada banyak banget orang yang ingin melihat bendera pusaka berkibar serta teks proklamasi dibacakan Ir. Soekarno tapi keburu sudah tutup usia, atau mungkin wafat di medan perang, generasi muda yang lahir saat RI sudah merdeka bertahun-tahun yang lalu aja kok ya masih berkomentar demikian? Aneh, sungguh aneh.

Menurutku, rasanya jadi prihatin kalau kita cuma bisa bicara tapi ga ada tindakan. Misalnya, seperti kemarin ada kasus mengenai insiden saat upacara bendera di ceritakan di social media, ada yang berkomentar bahwa hal tersebut memalukan dan seharusnya lebih baik bukan mereka yang mengibarkan bendera daripada membuat malu seperti itu. Aku teringat saat menjadi anggota PBB dan mengikuti lomba PBB se-kabupaten, tugas tersebut berat sekali untuk dilakukan sehingga tahun selanjutnya aku menolak ikut kembali. Dulu pun aku juga pernah ngerasain malu dan kecewa saat jadi petugas pengibar bendera, aku tahu rasanya dalam situasi tersebut dan rasanya sungguh menyedihkan. Baik menjadi anggota PBB maupun paskibra adalah amanah besar mau itu hanya untuk upacara sekolah aja. Seandainya yang berkomentar itu ada di posisi mereka, pastinya sedih dong. Sama aja seperti para pejuang negeri kita yang sudah bersusah payah agar anak cucunya bisa hidup merdeka, pastinya sedih karena mereka berharap apa yang diwariskan kepada keturunannya bisa di jaga dan dihargai. Sedangkan untuk merayakannya saja masih ada aja suara negatif yang demikian.

Sebagai orang yang senang dengan yang pasti-pasti, bagiku memaknai kemerdekaan juga aku lakukan dengan cara yang pasti-pasti juga. Ngapain ribet, kelihatannya seolah ragu nian dengan tanah dan bangsa sendiri. Harusnya bersyukur kita merayakan 68 tahun kemerdekaan RI, bukannya lagi berperang dan lihat sekeliling kita mencekam porak-poranda oleh bom dan senjata. Coba kalo begitu, apa jadinya Indonesia?

Secara pribadi, jujur aku memang belum bisa ngasih sumbangsih apa-apa sama negara dan pengetahuan tentang Indonesia juga masih sama ceteknya dengan empang sawah. Kadang aku malu juga, liat ada orang-orang yang bisa mengharumkan nama bangsa dengan prestasi atau bisa melakukan sesuatu untuk menunjukkan rasa cinta Indonesia-nya. Diriku belum apa-apa nih, masih mencoba meresapi terus arti kemerdekaan. Hanya aja aku mencoba untuk melakukan suatu hal kecil yang mungkin sepele tapi buatku penting, yaitu menyimpan harapan agar masih dikasih umur dan kesehatan saat merayakan hari kemerdekaan yang seterusnya kelak. Terus saat itu, bisa cerita sama anak-anak atau bahkan cucu tentang Indonesia tempat aku lahir, besar dan insyaallah nantinya beristirahat. Kan itu udah kayak baton touch aja ya dari generasi lama ke generasi baru. Suatu saat kita bakal jadi yang dipanggil generasi lama dan bakal mewariskan Indonesia kepada generasi baru. Yahh… Tinggal tunggu tanggal mainnya aja deh. Jelasnya, apapun yang sudah terjadi di Indonesia, yang namanya merdeka ya merdeka.

4 pemikiran pada “Merdeka Ya Merdeka

    • Wah, itu bagus pak.
      Saya lebih banyak jadi penonton, dulu pernah diminta jadi panitia tapi untungnya saya santai. Hehe tapi memang lomba kemerdekaan itu hal yang paling di tunggu karena suasana ramainya ya.

Tinggalkan komentar